TEMPO.CO, Jakarta - Rencana pembangunan pembangkit megaproyek 35 ribu megawatt masih terkendala oleh permasalahan pembangunan transmisi listrik. Hal tersebut sempat diungkapkan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PLN Sripeni Inten Cahyani kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Saat dikonfirmasi, Vice Presiden Public Relation PLN Dwi Suryo Abdullah menuturkan kendala dalam pembangunan transmisi ini terjadi lantaran masih ada sebagian lahan yang belum bisa bebas sesuai target waktu.
Menurut Dwi, perseroan telah melakukan pendekatan kepada berbagai pihak, baik itu kepada kepala desa dan secara langsung. Selain itu, PLN juga telah bekerjasama dengan Tim Pengawal, Pengamanan Pemerintah dan Pembangunan Daerah (TP4D) dari Kejaksaan Negeri setempat. "Tapi kami terus bangun komunikasi dengan pihak pemilik lahan dan pihak pihak terkait agar kendala lahan tapak tower dapat segera teratasi," ujar Dwi kepada Tempo, Selasa 26 November 2019.
Menurut Dwi, pembangunan transmisi merupakan hal sangat penting karena berfungsi menyalurkan listrik dari pembangkit listrik ke arah gardu induk yang ada di pusat-pusat beban. Namun, kata Dwi, pembangunan transmisi tak selalu berjalan mulus, salah satunya pada saat pembebasan lahan baik jalur maupun tapak tower. Pasalnya, tapak tower akan sangat berpengaruh terhadap hasil akhir keberhasilah proyek pembangunan transmisi yang panjangnya mencapai ratusan kilometer.
Sejauh ini, Dwi menuturkan masih ada beberapa pekerjaan yang berjalan tidak sesuai target waktunya. Meski begitu, ia mengatakan hal tersebut tidak sempat menganggu pelayanan karena pembangunan transmisi itu juga berperan untuk membuat backbond baru. Contohnya, di Sumatera yang semula transmisi 150 kV sekarang sudah ada transmisi 275 kV yang terhubung dari Lahat, Sumatera Selatan ke Pangkalan Susu, Sumaera Utara.
Kemudian, transmisi 150 kV di Sulawesi Selatan telah terhubung dengan Sulawesi Tenggara. Saat ini, ujar Dwi, proses terus berjalan dengan menghubungkan ke Sulawesi Tengah dengan sistem Sulawesi Utara Gurontalo . "Sehingga nantinya terhubung sistem Sulawesi , maupun Sistem Sumatera dari Aceh ke Lampung yang disebut Tol Listrik Sumatera," kata dia.
Tidak hanya itu, Dwi berujar untuk sistem Flores pun juga dibangun dari Flores Timur menuju ke Sistem Flores Barat dengan Transmisi 150 kV. Harapannya, setiap pulau mempunyai backbone transmisi 150 kV atau 275 kV.
Sebelumnya, Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah PLN Amir Rosidin menuturkan mati listrik massal di sebagian besar wilayah Jawa Barat-Jakarta-Banten menjadi pukulan telak bagi PLN. Menurut Amir, banyak pembangkit justru melepaskan diri dari sistem sesaat sebelum mencapai keseimbangan baru antara suplai dan beban.